Karya
ternama sering dihasilkan dari suatu spontanitas saja. Seperti halnya sebuah komposisi
ciptaan seniman musik dari Negeri Samba, Ary Evangelista Barroso. Suatu malam sekitar
pertengahan 1939, Barroso dan istrinya berkeinginan untuk pergi melihat-lihat
gemerlap Kota Rio De Janeiro. Kesibukan sehari- hari sebagai ahli hukum dan
pengisi tidak tetap acara musikal untuk radio-radio lokal di Rio telah membuat
fisik dan batinnya lelah. Tetapi, kala itu apa yang dimaksud tidak kesampaian
karena hujan lebat mengguyur areal Carioca sejak sore hari. Hujan tak kunjung
reda membuat Barroso berdiam di rumah, ditemani istri dan saudara-saudara
iparnya. Sembari saling melempar canda dengan keluarga, Barroso menangkap suara
– suara dari gemericik hujan membasahi pepohonan di sekitar rumahnya sebagai
inspirasi akan kekayaan Alam Amazonia. Secara sentimental pula, Barroso
menganggap apa yang ditemui sebagai sebuah lukisan air hadiah dari Tuhan untuk
menenteramkan kebosanan dalam hatinya. Spontan Barroso beranjak, dikutak-katik
piano tempat ia biasa menghibur diri, dirangkai baris-baris kata dalam irama. Dalam
tempo singkat, tumpahan kekaguman Barroso terwujud dalam lantunan rampak yang
ia beri nama Aquarela do Brasil, atau
Lukisan Cat Air Brasil.
Akan
tetapi, cerita manis Aquarela do Brasil
tidak serta merta terjadi setelah lagu itu dilepas di pasaran. Saat awal-awal
diperkenalkan, lagu ini hanya muncul di pertunjukan-pertunjukan setempat, tanpa
mampu menembus kalangan elit seniman secara nasional. Lagu tentang Lukisan Brasil kerap dituding sebagai
titipan dari Getulio Vargas, Penguasa Brasil yang saat itu sangat otoriter.
Secara kebetulan memang, Lukisan Brasil
sering dipakai oleh Pihak Pemerintah Brasil dalam kampanye maupun promosi berbagai
kegiatan untuk melanggengkan kekuasaan. Sudah lazim pula, penguasa diktator umumnya
punya kebiasaan untuk memakai atribut fanatisme kelewat muluk terhadap golongan
atau partai politik tertentu, ditambah bumbu nasionalime dalam menjalankan kebijakan
sehari-hari. Namun demikian, semua suara miring tersebut dianggap sepi oleh
Barroso yang tetap rajin mengusung Aquarela
do Brasil dalam banyak penampilan keseniannya.
Bintang
terang mulai tampak dari Aquarela do
Brasil, saat Perang Dunia II pecah. Untuk mengimbangi propaganda yang
dilakukan oleh Pihak Poros (Axis)
pimpinan 3rd- Reich di
Jerman, dunia industri hiburan Amerika Serikat turut aktif dalam membuat film-film
bertemakan persahabatan antara negara-negara Amerika Utara dan Amerika Tengah -
Selatan (Latin). Seniman film kartun di Disney kemudian membuat Film Saludos Amigos (1942), yang bercerita
tentang perjalanan wisata tokoh-tokoh kartun Disney ke Amerika Latin; Peru,
Chile, Argentina dan Brasil. Dalam screenplay
yang menggambarkan Brasil, lagu Aquarela
do Brasil terpilih menjadi soundtrack.
Selepas Saludos Amigos, karya Barroso
menjadi terkenal, menyebar ke banyak negara di seluruh dunia. Lagu Lukisan Cat Air Brasil diputar berkali-kali
di radio-radio sebagai sarana hiburan penurun tensi dari masa – masa penuh
gejolak selama perang besar berkecamuk. Seusai Perang Dunia II, lagu ciptaan
Barroso tetap populer, bahkan direkam ulang oleh ratusan artis penyanyi dan
grup musik dalam berbagai bahasa. Di acara-acara rakyat, seperti halnya Carnaval do Brasil, atau saat Selecao tim nasional sepakbola Brasil
bertanding, Aquarela do Brasil sering
dinyanyikan beramai-ramai sebagai lagu nasional, setara dengan Lagu Kebangsaan Himno Nacional Brasilero.
Aquarela do Brasil
rekaaan Barroso ini disamping menarik, juga mengandung banyak pesan. Di dalam rangkaian
nada rancak yang kemudian digolongkan dalam genre Samba Exaltacao tersebut, Barroso mengungkap harapan tentang kehidupan
yang egalit dimana semua ras, baik kulit putih maupun berwarna hidup berdampingan
dalam harmoni alam raya. Pesan Barroso ini sangat kuat menembus perjalanan
waktu, karena sekalipun dipopulerkan pula oleh pihak-pihak lain dengan berbagi
warna, versi asli Aquarela do Brasil
masih tersimpan abadi dalam ingatan para pecinta seni di seluruh dunia. Artis
papan atas Hollywood era 50-60-an seperti
Bing Crosby, Rosemary Clooney atau Frank Sinatra, misalnya, sempat mengusung adaptasi
Aquarela do Brasil dalam Brazil yang lebih romantis berisi tentang
kerinduan asmara seorang pengembara. Tetapi bagi kalangan orang kebanyakan,
versi-versi turunan tersebut tidak terlalu berkesan dan belum sanggup menggusur
versi asli milik Barroso. Aquarela do
Brasil yang asli memang lebih humanis, berisi hakikat kehidupan manusia
yang selalu ingin hidup damai, berpadu pujaan akan keindahan lukisan alam hasil
coretan mengagumkan dari Sang Maha Kuasa.
No comments:
Post a Comment