Layaknya Sang Ibu yang selalu mengayomi,
Sang Pertiwi mencurahkan rasa sayang kepada putra – putrinya tanpa henti.
Walaupun,
polah tingkah anak – anaknya sangat tidak pantas untuk untuk dilihat mata.
Menginjak-injak, menjarah-rayah, merusak, membuangi kotoran, mencaci-maki, menyebar
rasa benci, membanding-bandingkan dengan ibu-ibu lain yang lebih rupawan, tak
jarang bahkan menghina dan mencampakkan Sang Ibu Mulia.
Tidak
satupun dapat membuat Sang Pertiwi untuk menjadi kecewa, murka ataupun berduka.
Sang Dewi Pertiwi sangatlah
mengerti,
semua adalah bagian dari dharma yang harus dijalani.
semua adalah bagian dari dharma yang harus dijalani.
Turun ke alam dunia, mengemban tugas dari Hyang Agung Sang Maha Suci,
Tanpa berharap balas apapun, dalam
menebar cinta - kasih tanpa ada terkecuali.
“ Ibu Pertiwi,
Paring boga lan sandhang kang
murakabi,
Peparing rejeki manungsa kang bekti,
Ibu Pertiwi…. Ibu Pertiwi……
Sih sutresna mring sesami,
Ibu Pertiwi, kang adil luhuring
budi,
Ayo sungkem mring Ibu Pertiwi”
Ibu
Pertiwi,
Memberi
makan dan pakaian yang pantas,
Memberi
rejeki manusia yang berbakti,
Ibu
Pertiwi…Ibu Pertiwi…..
(Menebar)
kasih kepada sesama,
Ibu
Pertiwi, yang adil luhur budinya,
Mari
berhormat (berbakti) kepada Ibu Pertiwi.
[Baris cetak miring dicuplik dari lirik:Ketawang
Ibu Pertiwi, reriptan Suwargi Ki
Nartosabdo, 1969]
No comments:
Post a Comment