[Celetukan ini sebenarnya diinspirasi dari salah satu guyonan ludrukan Cak Kartolo. Acung jempol kepada si pengadaptasi]
Menjadi kebiasaan untuk penumpang KA Dhoho dari Surabaya untuk berhamburan keluar dari kereta saat mencapai Kertosono sebelum melanjutkan perjalanan ke Blitar. Waktu langsir yang cukupan lama biasanya dimanfaatkan para penumpang untuk ke toilet stasiun, melaksanakan shalat atau juga menyerbu warung – warung nasi pecel yang berjajar di kiri-kanan platform stasiun Kertosono. Dulu, warung – warung tersebut hanya sporadis satu atau dua stan saja, saat ini telah berkembang menjadi jajaran rapi berkat kerja keras para petugas di stasiun serta bantuan ‘guyub’ dari serikat pekerja asongan Daop VII Madiun. Latar belakang itulah yang menjadi setting lelucon ini
Di salah satu warung pecel bergerombol penumpang untuk mengantre makanan. Salah satu pemuda yang dari logatnya kemungkinan dari daerah Surabaya atau sekitarnya, ikut mengantri hingga tiba waktunya untuk mendapat giliran.
Pembeli: Buk, Pecel mboten athik tumpang (Bahasa Jawa campuran, ciri orang Surabaya,
Bu, Pecel tanpa tumpang)
Penjual: ndamel ijo-ijo an mas? (pake yang hijau? /maksudnya sayuran hijau yang mana?....biasanya di Kertosono sayuran bayam, lembayung atau serutan papaya muda)
Pembeli: Nggih, buk (Ya, bu)
Penjual: Sing pundi mas? (yang mana mas?)
Pembeli: Kodok ijo, ulo ijo, buto ijo…(Kodok hijau, ular hijau, raksasa hijau)
Penjual: …waah sampeyan wonten mawon mas….nopo mboten degan ijo pindhah....(sampeyan itu ada-ada saja mas, apa tidak mencari kelapa muda hijau* sekalian)..(ha2)
[kontan seluruh pengantri serta penjual tertawa terbahak-bahak]
Sekadar guyonan parikeno…
No comments:
Post a Comment