Ada pemandangan mengemuka saat memasuki daerah diantara
Gunung Wilis dan Gunung Kelud. Hamparan areal pertanian membuat resap mata
memandang. Tebu, kopi, belimbing, cengkeh, jagung, cabe, kakao, nanas, kacang
panjang, kapuk randu serta tidak ketinggalan padi bersambung dari satu tempat
ke tempat lain. Giat para petani membuat kehidupan mengalir, layaknya laju tanpa
henti dari Brantas sebagai penyedia utama keberlangsungan daerah subur ini. Sungguh
tepat jika salah satu gelar lumbung pangan negara melekat pada wilayah Lembah
Kelud-Wilis sejak jaman dahulu kala.
Tetapi, terasa agak ganjil juga, menemui kenyataan
bahwa keadaan ekonomi masyarakat daerah ini tidak terlalu menggembirakan. Daya
beli masyarakat tergolong rendah, berpadu dengan kenyataan bahwa kebanyakan
penduduk hanya berstatus petani buruh dengan standar hidup marjinal. Sarana
kehidupan layak tidak tersebar merata, konon karena kurang perhatian dari
banyak pihak. Ekonomi lokal bergantung kepada kiprah pabrik rokok yang memang memiliki
pengaruh lumayan kuat. Hingar bingar pembangunan belum menyentuh kehidupan
rakyat secara massal. Sangat bisa dimaklumi, jika atmosfer demografi setempat didominasi
lalu-lintas urbanisasi serta ekspor dari para tenaga kerja produktif yang
tersedia.
Kehidupan yang konsumtif dan materialistik bukan pula
rekanan tepat buat evolusi lambat di dataran Wilis-Kelud. Berpuluh tahun
lamanya keadaan relatif tidak banyak berubah. Jalan-jalan di pedukuhan-pedukuhan
masih banyak yang tidak beraspal, hanya berupa tapakan pasir dan batu halus
hadiah cuma-cuma dari Kyai Kelud. Nuansa tradisionil di karang padesan sebagai selimut utama seakan menjadi replika dari
suasana saat Sang Prabunata masih memegang
titah di Panjalu, Tumapel ataupun Wilwatikta.
Tetapi mungkin saja, semua merupakan bagian dari
ketetapan Sang Akarya Jagad, untuk
memberi ruang bagi sesiapa yang ingin menyingkir dari kebisingan dan
kemunafikan di pusat-pusat keramaian. Lembah Kelud-Wilis memang lebih cocok
untuk berolah rasa batin, mulat sarira
hangrasawani; mawas diri akan pengembaraan di alam fana, disertai memanjat
syukur dan kagum atas kebesaran Gusti Allah Sang Maha Wenang dan Maha Tunggal.