Friday, May 31, 2013

Hari Jadi Surabaya 31 Mei

Sebagaimana lazim, tiap tanggal 31 Mei dirayakanlah sebagai hari jadi Kota Surabaya. Penetapan utamanya berdasarkan adanya peristiwa pembakaran kemah pertahanan serta kapal – kapal Tentara Mongol yang ngendon di tepi Sungai Surabaya pada tanggal 31 Mei 1293. Peristiwa yang kemudian diabadikan sebagai kata pendek dalam Bahasa Kawi ‘Sura ing Baya’, atau berarti berani dalam menghadapi bahaya. Frase yang ditujukan pula untuk mengenang keberanian para simpatisan Nararya Wijaya dalam menegakkan kedaulatan dari dominasi Mongol di Jawa. Tentunya, kemenangan tersebut amat membanggakan.Mengingat kemampuan tempur Tentara Mongol saat itu amat ditakuti di seluruh dunia. Pusat kota Abasiyah di Baghdad yang indah dan berbenteng kuat harus rela hancur lebur oleh amukan Mongol. Tapi di Nusantara lama, cerita bisa berbalik 180 derajat. Dalam catatan sejarah, hanya di Surabaya (dan satu lagi saat Mongol berusaha menganeksasi Jepang), Tentara Mongol menemui kegagalan dalam kampanye militer. Tak ayal, peristiwa itu diabadikan sebagai hari jadi kota Surabaya.

Tapi, apakah benar eksistensi Surabaya bertitik tolak dari peristiwa Mongol, sehingga 31 Mei diambil sebagai hari jadi?

Nama Surabaya sesungguhnya sudah dikenal jauh sebelum Majapahit berdiri. Pada medio abad 13M, leluhur Nararya Wijaya di Singasari, Shri Krtanegara mendirikan pemukiman kecil di tepi Sungai Pegirian (dekat Ampel sekarang) sebagai basis militer bagi para prajurit Singasari yang akan pergi ke Sumatera dalam Ekspedisi Pamalayu. Tulisan-tulisan musafir Tiongkok banyak yang membenarkan berita ini. Daerah di delta Pegirian ini kemudian terus berkembang sebagai areal dagang yang penting. Di Surabaya dikenal wilayah Peneleh (di daerah Surabaya Utara), yang diturunkan dari kata ‘pinilih’, sebagai tempat para pangeran dari Singasari bertempat tinggal untuk mengawasai jalannya administrasi pada masa itu. Sehingga eksistensi Surabaya sebenarnya pula sudah ada lama sebelum kemenangan atas Mongol terjadi.

Tetapi,tak dapat dipungkiri jika peran Surabaya memang mulai bertambah penting setelah peristiwa Mongol. Seiring itu pula Kerajaan Majapahit mulai berkembang. Namun, Majapahit sendiri tidak mengambil hari pertempuran 31 Mei tersebut sebagai tanggal kerajaan. Hari resmi Majapahit terjadi pada tanggal 15 bulan Kartika, atau bertepatan pada tanggal 10 Nopember 1293, saat Nararya Sanggramawijaya jumenengan sebagai Raja Majapahit memakai nama abiseka Shri Kertarejasa Jayawardhana. Sehingga agar memori peristiwa besar melawan militer Mongol tidak hilang begitu saja, diambillah kesepakatan, untuk tanggal 31 Mei ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.