Wednesday, April 30, 2025

Tebu dan Industri Gula, Riwayatmu Dulu, Riwayatmu Kini

 

 

 

Boleh jadi, ini tanaman, tebu, adalah tanaman paling populer di riwayat Indonesia. Namanya melekat di bermacam jaman. Mulai masa VOC di Batavia, sampai Jaman Republikan, tebu, dan tentunya industri penyertanya, industri gula menjadi kata kunci dalam banyak peristiwa di masa - masa tersebut.

Tebu dan industri gula menjadi salah satu alasan VOC menetap di Batavia. Sejurus itu, tebu menjadi magnet penarik kaum pendatang, utamanya komunitas Tionghoa untuk berduyun migrasi ke wilayah itu. Batavia akhirnya jadi penuh sesak dengan para pendatang baru, hingga menimbulkan bermacam konflik sosial. Industri tebu di Batavia menjadi penyebab terjadinya Tragedi Angke, atau Geger Pacinan di 1740. Dalam peristiwa itu, tak kurang 10 ribu nyawa warga Tionghoa di Batavia melayang, dibantai oknum - oknum 'keblinger' VOC beserta antek- anteknya. 

Di Jaman Hindia - Belanda, tebu adalah primadona perdagangan. Pada era 1930-an, tidak kurang dari 185 pabrik beroperasi di Jawa, untuk mengolahnya menjadi gula. Gula dari tebu - tebu Indonesia saat itu menjadi kampiun di pasar dunia. Dari sana muncul seorang 'Sugar Daddy', Oei Tiong Ham namanya.  Oei Tiong Ham sering menjadi rujukan ikon kemakmuran dari gemerlapnya industri gula dan komoditas tebu di tanah Hindia - Belanda. Saking kaya - raya Koh Oei Tiong Ham, sampai - sampai bisa bikin gedung di Singapura, yang kemudian disumbangkan menjadi gedung sekolah, sekarang jadi bagian National University of Singapore atau NUS. Kita semua paham, NUS saat ini adalah salah satu universitas di rangking atas perguruan tinggi kelas dunia.

Pangeran Mangkunegara IV melakukan modernisasi wilayah Kadipaten Mangkunegara, dengan membangun Pabrik Gula Tjolomadoe (sekarang jadi musium) dan Tasikmadu. Di masa jayanya, produksi gula dari pabrik - pabrik ini menjadi salah satu yang terbesar kapasitas produksinya di tanah Nusantara. Dengan melakukan industrialisasi tebu, Kadipaten Mangkunegaran menjadi makmur, meninggalkan tradisi kerajaan tradisional yang cuma mengandalkan pajak tanah warga untuk hajat hidupnya.

Tanaman tebu juga menjadi latar belakang kisah cerita rakyat, misalnya saja Cerita Pak Sakerah di derah Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Sakerah, atau nama aslinya Sadiman, adalah seorang mandor tebu yang sering membela kepentingan para petani tebu lokal dari cekikan pajak ataupun tindasan para pendukung  kaum kolonial. Pak Sakerah jadi martir, saat dihukum mati karena keberaniannya itu.

Di masa Jepang industri gula dari tebu mengalami penurunan, karena pabrik - pabrik gula beralih fungsi jadi pabrik amunisi dan butanol.

Di masa Republik, industri gula masih terasa manis sampai setidaknya sampai sekitar tahun 1980 -an. Tetapi rasa manis itu memudar di periode berikut, karena satu dan lain hal. Hingga Pasca - Reformasi, Industri Gula Indonesia menghadapi problem klasikal yang bertahun lamanya tidak dapat terpecahkan. Penurunan jumlah lahan tebu, keterlambatan modernisasi proses dan kebijakan pemerintah yang kurang fokus kepada penggerak industri gula maupun petani tebu, membuat Indonesia sulit menggapai posisi papan atas liga industri gula internasional. Indonesia saat ini adalah salah satu anggota importir gula, jauh dari peran di masa lalu sebagai eksportir 'top - rank' gula dunia. Sekalipun tekat Swasembada Gula  acapkali dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2000 -an, sampai saat ini, tekat itu belum terwujud.

Kita sebagai rakyat biasa memang tidak bisa berbuat banyak menghadapi situasi seperti ini. Paling yang dilakukan, kalau datang kesempatan ketemu kebun tebu dari perkebunan rakyat, ataupun barang relik dari industri gula sisa kejayaan agraris Indonesia lampau, kita ambil tingkatan ilmu paling sederhana dari hidup di era digital cyber. Mengambil foto, kasih komentar dan unggah di medsos atau platform serupa, itu saja. Kita pun sebenarnya tahu persis, ini tindakan tidak punya makna terlalu banyak, apatah lagi untuk mengerek nasib tebu atau reputasi industri gula nasional. Tetapi setidaknya hal memberi kita ruangan untuk bernostalgia, mengingat masa lalu, saat kanak - kanak, berlari 'uber - uberan' dengan kereta lori tebu, yang sekarang sudah banyak digantikan perannya oleh truk pengangkut.

Wallahu alam.